Saturday, September 15, 2018

Rizki Dicari Apa Ditunggu???


Suatu hari ada sahabat main kerumah, awalnya memang silaturrokhim saja sambil ngobrol g jelas sana sini, namun dari pertemuan itu saya kira banyak manfaat yang bisa diambil.

Salah satunya adalah masalah mencari riski (rizki, rejeki) yang baku yang mana nih? hhh.....udalah yang penting paham.

Seteleh beberapa lama ngobrol akhirnya terlontar 1 pertanyaan dari sahabat saya tersebut.

Shob :
Bro mau nanya ni, riski itu kan sudah ada ketentuannya kan setiap orang, semua orang jatah rizkinya sudah ditentukan, nah pertanyaan saya "Ngapain kita kerja susah payah to nanti riski itu datang juga"?

Ane :
Sambil minum kopi dan sambil senyum-senyum sendiri, saya jawab "pertanyaan mas itu sangat benar sekali, betul itu", wajar dong kalau manusia memiliki pikiran seperti itu. Manusiawi lah istilahnya karena manusia diciptakan memang terbatas, tidak semua hal bisa dinalar dengan akal pikiran normal kita.

Shob :
Lalu jawabannya apa bro? hheeee....

Ane :
Sante dulu mas pean umbeh sek kopine ben gak salah paham ....wkkkkkk
sambil sante minum kopi saya bercerita sedikit tentang kisa Imam Syafii dan Imam Hambali perihal tawakkal.

Jadi gini mas, ......

" Suatu hari imam Syafii dan imam Hambali ngobrol,

IH :
Kita sebagai hamba Allah SWT sudah sepatutnya untuk tawakkal, Tawakkal dengan sesungguhnya tawakkal untuk semua perkara kita baik masalah rizki, masalah jodoh, dan masalah-masalah hidup lainnya.

IS :
Tapi menurut saya  kalau masalah rizki  saya kira kita harus tetap berusaha lebih dulu ust,

IH :
Boleh kalau menurut njenengan seperti itu, monggo kita buktikan saja

IS :
Siap ust.

Untuk membuktikan kedua argumen yang saling berseberangan tersebut, imam Syafii langsung berusaha membuktikannya dengan cara mencari pekerjaan. Sedangkan imam Hambali hanya berdiam diri dirumah sambil terus menerus Ibadah, berdzikir untuk selalu mengingat sang Kholiq (Allah SWT).

Saat itu ada seorang petani sedang memanen anggurnya, lantas Imam Syafii bertanya pada petani tesebut :

IS :
Pak maaf, Bolehkah saya bantu-bantu memanen anggurnya (dengan harapan setelah memanen diberi upah sebagai hasil dari usahanya)

PT :
Oh ya silahkan, senang sekali rasanya ada yang membantu.

Akhirnya petani dan imam Syafii pun memanen anggurnya hingga selesai.

Setelah selesai memanen, Pak Tani memberikan upah dan sedikit anggur tadi sebagai imbalan atas hasil kerja kerasnya sambil berkata pada imam Syafii "Ini upah dan sedikit Anggur untuk dimakan keluargamu nanti dirumah, saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya".

IS :
Terima kasih kembali pak, atas upah dan anggur yang telah Anda berikan.

Saking gembiranya Imam Syafii karena argumennya pasti benar jika dibandingkan dengan dengan argumen Imam Hambali, beliau tidak langsung pulang kerumah untuk memberikan Anggurnya tadi, akan tetapi beliau langsung ke rumah Imam Hambali.


Kemudian imam Hambali dan imam Syafii pun betemu lagi, dan terjadi obrolon lanjutan berikut :

IH :
Bagaimana usahanya imam Syafii?

IS :
Alhamdulillah usaha saya berhasil, dan argumen saya memang benar, saya mendapat upah dan anggur dari hasil kerja (usaha) saya, ini saya bawakan juga Anggur untuk dimakan, monggo.

Lalu imam Hambali pun mengambil anggur itu dan dimakannya,  kemudian beliau berkata " Alhamdulillah terima kasih untuk semuanya "

Kemudian beliau juga berkata bahwa " Anggur yang dia makan itu juga rizki, rizki yang diperoleh oleh seorang yang telah benar-benar tawakkal kepadaNya".

Dari cerita tersebut sudah sangat jelas gambarannya, bahwa rizki untuk memperolehnya itu tergantung dari masing-masing orangnya.

Ada riski yang diperoleh dengan cara berusaha terlebih dahulu, ada pula rizki yang datang dengan sendirinya tanpa dicari.

Yang perlu menjadi catatan adalah :

Kita sebagai manusia, sebagai Hamba Allah SWT, memiliki kadar iman yang berbeda-beda. Ada yang sangat kuat imannya, ada yang sedang-sedang dan adapula yang lemah imannya.

Untuk memperoleh rizki diatas menurut pandangan saya tergantung dari seberapa kuat iman dan keyakinannya terhadap Allah SWT.

Untuk imannya yang masih belum begitu kuat, menurut saya wajib hukumnya untuk berusaha terlebih dahulu dalam mencari rizki, kemudian disertai dengan do'a lalu kita serahkan sepenuhnya kepada yang Pencipta (Allah SWT).

Bagi mereka yang memiliki kadar iman tingkat dewa (tinggi) bolehlah tawakkal. Tawakkal dengan sesungguhnya tawakkal tanpa ada keraguan sedikitpun. Untuk yang kelas ini mungkin masih jarang sekali kita temukan. Karena tidak mudah untuk melakukannya, butuh waktu, ketekunan dan istiqomah agar terjadi seperti itu.

Wassalam
Semoga bermanfaat





No comments:

Post a Comment

  Alamat Blog :   IDENTIFIKASI WUJUD WACANA PADA MEDIA TULIS DAN AUDIO VISUAL AINUN ...